Warga masyarakat desa sukorejo Kecamatan Parengan menggelar ritual bucu kendit, yang dilakukan di setiap pertigaan dan perempatan desa hari kamis, 2 April 2020.
Desa yang dikenal sebagai destinasi wisata budaya di Kabupaten Tuban itu masih sangat memegang erat nilai-nilai tradisi dan budaya, yang sudah diwariskan oleh leluhur mereka termasuk adat dan budaya serta ritual-ritual sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.
Kepada reporter Pradya Suara, Muhammad Nahrus, sesepuh desa Sukorejo Mbah Respan saat dikonfirmasi mengatakan, hari kamis sore jelang maghrib yang menurut penanggalan jawa sudah masuk hari jum'at wage sengaja dipilih untuk menggelar acara ini, setelah beberapa hari sebelumnya pihaknya mendapatkan petunjuk dari pepunden desa untuk membuat ritual penolak balak atas wabah pagebluk yang melanda beberapa wilayah saat ini.
Ritual bucu kendit sendiri memiliki makna permohonan kepada Tuhan untuk menjauhkan wabah dan musibah kepada masyarakat desa, dengan perwujudan tumpeng bucu yang diberi garis hitam melingkar leher (kendit) dan dilengkapi sayur dan lauk hasil bumi warga setempat.
Dalam kepercayaan masyarakat jawa ritual ini dikenal sebagai mbuak sengkala atau menolak balak, karenanya dilakukan ketika menjelang maghrib atau surup yang berarti sandik ala atau dekat dengan keburukan yaitu wabah pagebluk berupa virus corona. (Rus)